Satu Gedung Gereja Digunakan Bersama

From: Dalam menanggapi maraknya penutupan gereja di Bandung, Abednego Tri Gumono <abednegotry@......com> mengajukan usul penggunaan satu gedung gereja secara bersama. Abednego menulis: "bangun
gedung gereja yang besar dalam batas wilayah tertentu. Lalu gereja itu bisa digunakan bersama oleh Bethel, Pentakosta, GLPS atau aliran yang lain.caranya tinggal atur jadwal saja."

Menurut saya pembangunan satu gedung gereja untuk dipakai bersama itu adalah ide yang bagus. Tapi implementasinya kok tidak semudah itu. Untuk saat ini masih ada hambatan di antara aliran gereja sendiri, yaitu ego yang besar. Lucu memang. Kalau dengan orang non Kristen kita bisa mengasihi dengan total, tapi dengan sesama orang percaya kita malah saling curiga. Saat ada gereja yang berkembang pesat, gereja di dekatnya merasa iri dan cemas kalau-kalau jemaatnya ikutan pindah ke sana.

Satu hal lagi yang perlu kita refleksikan. Orang Islam seringkali merasa 'gerah' melihat pertambahan gedung gereja di sekitar mereka. Mereka melihat gedung gereja yang berderet-deret di satu ruas gereja. Hal itu membuat mereka menjadi gelisah. Namun bila kita melihat perspektif orang Islam, kita dapat memahami kegelisahan ini. Kebanyakan orang Islam tidak mengetahui bahwa ada berbagai aliran/denominasi gereja Protestan. Mereka memandang gereja itu satu aliran saja. Bagi umat Islam, beribadah di mesjid mana saja sebenarnya tidak ada bedanya. Saya punya teman satu kos yang Muslim. Kalau
pas hari Jumat, dia bisa Jumatan di mesjid mana saja. Dia bisa Jumatan di mesjid di dekat kos kami, di mesjid UGM, mesjid IAIN, atau mesjid mana saja.

Dengan memakai ukuran ini, maka orang Islam menjadi heran, mengapa harus ada bangunan gereja baru di dekat bangunan gereja yang lama. Mengapa tidak beribadah di gereja yang sudah ada saja? Hal seperti ini perlu dikomunikasikan kepada saudara kita yang beragama Muslim. Saya pernah menyewa satu kamar kos bersama teman lulusan IAIN. Dari pergaulan selama satu tahun, saya banyak mendapat pengetahuan seputar keislaman dari dia. Teman saya pun mendapat pengetahuan tentang keristenan dari saya. Bayangkan, lulusan IAIN saja tidak dapat membedakan antara Pendeta dengan Pastur!

Komentar

Postingan Populer