Teologi Ddomba di Tengah Serigala'

Setelah pemerintah menaikkan BBM, terjadi gejolak di dalam masyarakat. Persentase kenaikannya sungguh di luar digaan banyak pihak. Untuk sesaat saya terperangah dan tak dapat berkata apa-apa ketika pertama kali mengetahui berita kenaikan tersebut.
Dampak kenaikan itu sudah terlihat di depan mata. Rakyat semakin sengsara oleh kebijakan itu. Namun yang menggelisahkan saya adalah tanggapan gereja terhadap situasi ini. Gereja terkesan diam dan tidak peduli terhadap persoalan ini.
Dimanakah suara kenabian gereja? Selama ini gereja lebih banyak mengafirmasi kebijakan pemerintah. Itu sebabnya dulu ada plesetan PGI menjadi "Persekutuan Gereja-gereja Istana [negara]." Dulu, gereja memakai simbol-simbol keagamaan untuk merepresi umat supaya tidak kritis pada rezim penguasa.
Sekarang, malah ada kecenderungan eskapisme. Untuk menyiasati hidup yang semakin berat ini, gereja ramai-ramai memberikan "khotbah penghiburan" supaya umat lupa sejenak pada masalah hidupnya. Salah satunya, seperti yang dicontohkan oleh Sampeyan itu tentang minyak urapan. [Saya kebetulan juga melihat tayangan TV itu. Saya suka acara seperti itu karena bisa membuat saya tertawa]
Apa mungkin karena teologi 'domba di tengah serigala' itu yang membuat gereja menjadi apatis, asosial dan teralienansi dengan dunia. Gereja menganggap semua orang di luar sebagai 'serigala' yang harus selalu dicurigai dan diwaspadai. Meski begitu, jika orang Kristen saja sudah kehilangan harapan pada gereja, lalu siapa lagi yang dapat mentransformasi. Setahun yang lalu saya merasa geli terhadap ide beberapa petinggi gereja yang ingin mentransformasi bangsa ini . . . hi. . .hi . . .hi Apa bisa tuh, mentransformasi dari yang kecil saja, yaitu diri mereka [gereja] saja susahnya setengah mati, apalagi mau mentransformasi bangsa . . .oiiii jauh panggang dari api.[Mungkin itu sebabnya, karena menyadari hal ini, mereka lalu berdoa ramai-ramai mengharap mukjizat transformasi]

Komentar

Postingan Populer