KEKUATAN KATA-KATA
Alkitab telah menegaskan bahwa kata-kata yang  diucapkan oleh lidah kita memiliki kekuatan yang dahsyat. Entah itu kekuatan  yang menghancurkan, atau kekuatan yang membangun. Penulis Amsal mengatakan,  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya"  (
Mengingat keampuhan  kekuatan kata-kata, alangkah baiknya jika kita memanfaatkan kata-kata untuk  tujuan yang baik. Misalnya kita berkata-kata untuk menghibur, menguatkan,  memuji, menegur, menasehati dll.   Seperti halnya ketrampilan lain, kita dapat memilikinya dengan  membiasakan diri melakukannya dan dengan pertolongan Tuhan. Ajang berlatih yang  paling tepat adalah di dalam keluarga.
Apa saja yang dapat  dilakukan oleh perkataan kita untuk tujuan baik? Pertama, kata-kata yang bijaksana dapat  menyembuhkan luka-luka  yang  diakibatkan oleh omongan yang sembarangan. Omongan seperti ini laksana pedang  yang menggores luka dalam hati (Ams. 15:4).
Kedua, kata-kata yang yang  baik menjadi sumber hidup berkelimpahan. (Ams.10:11,20;15:4). Ketiga, kata-kata yang ramah mampu meredakan amarah yang  terjadi di dalam pertengkaran keluarga. "Jawaban yang lemah lembut meredakan  kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah."  (Ams.15:1)
Keempat, perkataan ramah dapat menyehatkan tubuh kita  "Perkataan yang  menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi  tulang-tulang." (Ams.16:24). Kelima,  perkataan yang baik mampu membesarkan hati yang khawatir  (Ams.12:25)
Keenam, perkataan yang baik menyimpan kekuatan untuk  melakukan persuasi.  Dengan  kata-kata-kata, kita dapat meyakinkan, membangkitkan motivasi dan menyalakan  semangat hidup anggota keluarga kita. "Orang bijaksana dikenal dari pikirannya  yang tajam; cara bicaranya yang menarik, membuat kata-katanya makin  meyakinkan
.Pikiran orang berbudi membuat kata-katanya bijaksana, dan ajarannya  semakin meyakinkan"(Ams.16: 21,23).
Namun perkataan yang baik saja belumlah cukup.  Masih ada dua komponen lagi yang mempengaruhi dampak dari ucapan kita, yaitu  nada suara dan isyarat non-verbal. Yang dimaksud isyarat non  verbal adalah gerak-gerik tubuh kita yang mengekspresikan perasaan dan  keinginan kita. Agar maksud kita dapat tersampaikan dengan baik, maka ketiga  komponen ini harus saling melengkapi.   
Jika ketiga komponen ini justru saling bertolak  belakang, maka pesan yang disampaikan malah dapat membingungkan lawan bicaranya.  Contohnya begini: ucapan "Baik sekali perbuatanmu", jelas mengandung kata-kata  yang positif.  Akan tetapi jika  kalimat ini diucapkan dengan nada suara yang sinis, maka maknanya berubah  total.  Contoh lain, seorang Ayah  bertanya pada anaknya yang pulang sekolah, "Bagaimana sekolahmu hari ini? Dapat  nilai berapa?" Kita dapat membayangkan Ayah ini sangat menaruh perhatian pada  pendidikan anaknya.  Akan tetapi apa  yang Anda bayangkan jika pertanyaan itu dilontarkan sang Ayah sambil asyik  membaca koran, dia tak berpaling sedikit pun dari baris-baris berita itu? Sebuah  penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang berhasil terdiri dari 7% isi  pesan(kata-kata), 38% nada suara dan 55% komunikasi non verbal.  
Nah, sekarang mari memeriksa diri kita, apakah  selama ini kita sudah berkata-kata dengan bijak, ramah dan manis didengar?  [purnawan]
]

Komentar