Kirana Sudah Sembuh


Setelah meminum obat antibiotik selama enam bulan, Kirana akhirnya dinyatakan sembuh dari penyakit fleks di paru-parunya. Puji Tuhan! Semoga saja setelah ini, pertumbuhan badannya semakin pesat. Soalnya, akhir-akhir ini berat badannya sedikit sekali mengalami kenaikan.
Pada bulan Februari lalu, kami memeriksakan Kirana ke Tumbuh Kenang Anak di Wedi, Klaten. Kami khawatir melihat perkembangannya yang agak lambat karena pada usia 10 bulan, dia belum bisa merangkak. Sesuai dengan prosedur standar, maka Kirana harus menjalani screening dulu. Maksudnya, anak kami harus diperiksa kesehatannya dulu untuk mengetahui secara persis problem kesehatannya sehingga bisa ditentukan penanganan yang tepat.
Untuk itu, dadanya harus difoto ronsen dan darahnya diambil untuk test laborat. Hasil foto ronsen membuat kami was-was, sebab kata dokter anak yang memeriksanya, ukuran jantung Kirana kelihatan lebih besar dari ukuran normal. Tapi dokter ini tidak bisa memastikannya. Karena itu, dia merujuk kami ke dokter spesialis jantung anak di Rumah Sakit Sarjito. “Dokter ini spesialisnya, spesialis,” kata dr. Nursanti, “Dia sudah spesialis jantung, masih spesifik lagi yaitu spesialis jantung anak.”
Dengan jantung yang deg-degan, saya bersama isteri, membawa Kirana ke R.S. Sarjito. Ternyata dokter yang dirujuk itu sedang tidak ada di tempat. Kami ditawari untuk diperiksa dokter spesialis jantung anak yang lain, yang lebih muda. Setelah kami pikir-pikir, okelah tidak apa-apa.
Ketika melihat hasil ronsen dada Kirana, dokter itu mengatakan bisa jadi jantung anak kami kelihatan lebih besar karena ketika difoto Kirana bergerak. Saya membenarkan. Ketika difoto, Kirana memang menangis sambil memberontak. Tapi untuk memastikannya, dokter menawarkan supaya Kirana diperiksa menggunakan alat rekam jantung EKG. Kami setuju.
Supaya hasilnya optimal, maka selama proses rekam jantung, Kirana tidak boleh bergerak-gerak, demikian kata petugas EKG. Wah, rasanya mustahil, karena anak kami itu selalu merasa tidak nyaman jika bertemu dengan lingkungan asing atau orang asing. Dengan kabel-kabel yang menempel di tubuhnya, Kirana pasti akan segera merenggutnya sambil menangis.
Untuk itu, Kirana harus dibuat tidur dulu. Supaya cepat tidur, petugas EKG menawarkan obat tidur. Tapi kami akan mencoba menidurkan Kirana dengan cara alami dulu. Biasanya setelah disusui oleh Mamanya, Kirana mau tidur. Ternyata tidak, setelah disusui selama setengah jam, si kecil tidak mau tidur juga. Kelihatannya, dia tidak bisa tidur di ruangan yang terasa asing itu. Maka mau tak mau, kami harus meminumkan obat tidur pada Kirana. Lima belas menit berlalu, Kirana belum tidur juga. Wah gimana sih! Anak ini memang jago melek untuk ukuran anak sebayanya. Kalau anak sebayanya sudah tidur pada jam delapan malam, Kirana baru bisa tidur setelah jam sebelas malam. Bahkan beberapa kali sampai jam satu malam.
Setengah jam setelah minum obat, Kirana masih terjaga juga. Saya dan isteri mulai empot-empotan. Tangguh juga bocah ini! Isteri saya lalu membawa Kirana ke sebuah tempat yang lebih tenang. Setelah disusui selama 10 menit akhirnya Kirana terlelap juga. Tak menunggu lama, dia segera dibawa ke ruang rekam jantung. Cukup lima menit, pemeriksaan sudah selesai. Eh, lima menit kemudian, Kirana sudah bangun dengan mata terang. Tidak kelihatan kalau masih berada di bawah pengaruh obat tidur.
Puji Tuhan, hasil EKG menunjukkan bahwa jantung Kirana berfungsi normal. Dokter spesialis jantung itu kemudian menulis surat pengantar kembali ke dokter Nursanti, yang memeriksa Kirana pertama kali. Setelah membaca surat pengantar itu, dokter Nursanti berkata, “Menurut hasil pemeriksaan, jantung Kirana normal. Tapi menurut hasil tes darah, kelihatannya Kirana terkena penyakit flek di paru-parunya.”
Untuk pengobatannya, Kirana harus minum antibiotik selama enam bulan. Setelah itu periksa darah lagi. Kalau belum berhasil, maka pengobatan harus dilakukan. Harus minum obat selama setengah tahun, tentu akan mempengaruhi kesehatan hati Kirana. Apalagi dia masih anak-anak. Untuk melindungi hatinya, maka dokter meresepkan sirup curcuma atau temulawak.
Demikianlah, kami harus meminumkan obat secara teratur dua kali sehari, pagi dan malam. Tidak boleh kelupaan. Mula-mula, hal ini menjadi siksaan bagi Kirana, karena konon obatnya ini terasa sangat pahit. Tapi lama-kelamaan Kirana bisa “berdamai” dengan obat ini. Karena sudah terbiasa, kini dia bisa minum dengan santai, tidak disertai dengan tangisan.
Kini, setelah Kirana dinyatakan sembuh dari penyakit flek, kami berharap anak kami mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Akibat penyakit ini, Kirana susah untuk makan. Karena asupan karbohidrat kurang, maka pertumbuhan otot-otot kasarnya kurang maksimal. Itu sebabnya, dia terlambat dalam aktivitas fisik seperti merangkak. Sampai usia 15 bulan ini, Kirana baru bisa rambatan (berjalan sambil berpegangan). Namun yang kami syukuri, kemampuan verbalnya berkembang dengan pesat. Dia bisa mengucapkan kata-kata, “Mama…Papa…main…duduk…gendong…uang…Tuhan Yesus..turun dll” dengan jelas. Memang belum sempurna, tapi sudah bisa dimengerti maksudnya. Semoga perkembangan ini diikuti perkembangan lainnya. Amin.

Komentar

Postingan Populer