Mendapat printer baru!

"Berapa harga printer laser jet sekarang?" tiba-tiba Agus Permadi tanya kepadaku usai acara persekutuan kelompok. Aku mengerutkan kening, tak segera menjawab. "Tumben, nanya printer. Kapan Sampeyan bisa pakai komputer," tanyaku heran.

Agus Permadi tidak menjawab pertanyaanku. Dia membuka dompetnya, mengambil segepok uang dan memasukkan di saku bajuku. "Ini buat beli printer laser.  Nanti kalau kurang bilang saja," katanya.

Aku kaget.  Malaikat apa yang baru saja menghampirinya?

"Apa maksudnya ini?" tanya ku semakin blo'on.

"Ingat 'kan kalau aku pernah berjanji mau membelikan printer laser jet?"

Aku menggelengkan kepala.

"Meski Sampeyan tidak ingat, ini aku memenuhi janjiku."

Dia lalu bercerita kalau setahun terakhir ini Tuhan memberkati keluarganya dengan berlimpah-limpah. Omset bisnis bunganya meningkat berkali-kali lipat.  Sejak bunga-bunga adenium, euporbia, bahkan anturium sedang naik daun, banyak orang yang membeli bunga kepadanya.  Aku kadang tak habis pikir dengan bisnis bunga ini.  Bayangkan saja, ada orang yang menjual bunga anturium kepadanya seharga Rp. 50.000,- kepadanya.  Sorenya, ada yang menawar bunga itu sebesar Rp. 200.000,- tapi, Agus Permadi tidak melepasnya.

Aku teringat sekitar setahun lalu lebih sedikit.  Ketika gempa bumi menggoncang Klaten 27 Mei 2006, Agus Permadi memutuskan untuk membuka posko kemanusiaan di daerah gempa. Aku bergabung dengannya dua hari kemudian.  Bersama-sama kami membersihkan puing-puing gereja di Pesu, supaya dapat dijadikan posko logistik dan klinik darurat. Sejak pagi hingga hari gelap, kami harus bekerja keras mengangkat bekas-bekas reruntuhan itu.

Itu artinya, kami tidak dapat bekerja mencari nafkah sebagaimana biasanya.  Aku yang berprofesi sebagai penulis dapat menghentikan sejenak aktivitas menulis. Kadang-kadang mencuri-curi waktu menulis di sela-sela istirahat.

Tapi beda dengan Agus Permadi yang menyebut dirinya sebagai Botanis.  Dengan menjadi relawan secara total di posko kemanusiaan, maka praktis dia tidak dapat mengurusi pekerjaannya.  Aku masih ingat ketika itu dia kehabisan uang untuk makan keluarganya.  Dia berkata kepada mbak Widi, isterinya, "Jual saja cincin kawin kita. Itu bisa untuk makan beberapa hari," kata Agus Permadi dengan enteng,"nanti kalau habis, Tuhan pasti akan memberikan berkat lagi."  Aku tidak tahu apakah mereka jadi menjual cincin itu atau tidak.  Tapi yang jelas, Agus Permadi hanya bisa menyandarkan diri kepada Tuhan.

Beberapa bulan kemudian, ketika Agus Permadi menekuni kembali bisnis bunga-bunganya, dia bercerita kepadaku bahwa usahanya mulai berkembang dengan baik. "Benar juga firman Tuhan.  Ketika kita mendahulukan mencari kerajaan Sorga, maka Tuhan akan menambahkan hal yang lain," kisahnya kepadaku suatu ketika.  Benar, aku menyaksikan dengan mataku sendiri, bagaimana Tuhan menambahkan berkat ke keluarga ini  Namun dia tidak mau menikmati berkat ini sendiri saja.  Dia membagi-bagikan sukacita itu kepada beberapa orang. Termasuk kepadaku. Puji Tuhan, akhirnya bisa membeli printer laserjet!!

Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Komentar

Rusdy mengatakan…
Wah, kesaksian yang sangat menguatkan!
MAS PRIHANTO mengatakan…
Selamat Mas. Sekalian mohon ijin untuk link blog ya. Hatur nuhun...

Postingan Populer