Menghindar dari Perangkap Trauma
Bencana sekecil apapun pasti meninggalkan jejak  goresan yang tak terhapuskan dalam kenangan manusia. Sesaat setelah bencana,  korban menjadi tertegun dan bingung. Dia tidak percaya atas apa yang terjadi.  Dia masih berusaha menolak realitas di depan matanya. 
Beberapa waktu  kemudian, muncul berbagai reaksi lanjutan dari peristiwa yang traumatis seperti  ini:
Perasaan  memuncak dan tak terduga. Korban menjadi mudah tersinggung. Suasana hatinya  mudah berubah-ubah. Dia mengalami kecemasan, kegugupan dan  tertekan.
Pola pikir  dan perilakunya terpengaruh trauma. Dia sering kali teringat lagi pada peristiwa  itu. Kenangan ini muncul begitu saja, tanpa sebab, yang menyebabkan reaksi fisik  seperti jantung berdebar atau keringat dingin. Dia juga kesulitan berkonsentasi,  membuat keputusan dan mudah bingung. Pola tidur dan makannya juga  terganggu.
Reaksi emosi  yang berulang-ulang.  Peringatan yang berkaitan dengan bencana itu bisa memicu lembali kenangan  buruknya. Misalnya peringatan setahun bencana itu, suara sirene, suara gaduh,  atau melihat pemandangan mengenaskan. "Pemicuan" kenangan ini disertai  kekhawatiran bahwa kejadian itu akan terulang lagi.
Hubungan  antar manusia menjadi tegang. Sering terjadi konflik di antara anggota keluarga  atau antara korban dengan relawan kemanusiaan. Jika korban enggan berkonflik,  dia menarik diri untuk mengisolasi diri.
Trauma  psikis yang sangat berat kemungkinan besar akan disertai dengan gangguan fisik  seperti kepala pusing, perut mual dan dada nyeri.  Bagaimana jika Anda mengalami peristiwa traumatis?  Apa yang bisa Anda lakukan untuk memulihkan diri?
Persiapkan  diri Anda. Sadarilah bahwa  Anda akan mengalami masa-masa yang sulit. Biarkanlah Anda menangisi semua  kehilangan Anda. Bersabarlah terhadap perubahan emosi  Anda.
 Minta bantuan orang lain. Carilah orang yang rela mendengarkan keluh kesah  dan berempati kepada Anda. Tapi ingat, pertolongan itu bisa sia-sia jika orang  itu juga pernah mengalami atau menyaksikan bencana yang membuatnya trauma.  Curahkan isi hati Anda pada keluarga atau sahabat Anda. Anda bisa juga  menuangkannya dalam buku harian.
Temuilah  Lembaga Swadaya Masyarakat.   Ada LSM yang memberi bantuan pemulihan trauma  akibat bencana alam, konflik sosial atau korban penjahatan (misalnya perkosaan).  Carilah LSM yang berpengalaman dan punya tenaga yang terlatih dan profesional.  Biasanya mereka memfasilitasi kelompok diskusi yang anggotanya terdiri dari para  korban. Diskusi ini mendorong antar korban untuk saling menghibur dan  menguatkan.
Lakukan  kebiasaan sehat. Olahraga  yang teratur dapat meningkatkan daya tahan Anda terhadap stres. Makan dengan  gizi seimbang dan istirahat yang cukup. Jika kesulitan tidur, gunakan teknik  relaksasi. Hindari penggunaan alkohol dan obat  tidur.
Ciptakan  kembali pola rutinitas. Makan, tidur dan bangun pada jam-jam tertentu.  
Hindari  membuat keputusan besar. Misalnya berganti pekerjaan, berhutang dalam  jumlah besar atau menikah. Keputusan ini berpotensi menimbulkan stres yang  tinggi.
Sumber: www.psychworks.com;  www.agnr.umd.edu; www.fcs.uga.edu
]

Komentar