Bantuan ke Solo Dihentikan
Hari terakhir tahun 2007, rekan di Purwodadi  mengabarkan bahwa di sana terendam juga. Banyak warga yang mengungsi ke kota.  Sebuah gereja di sana membuka dapur umum di dua desa. Setelah berembug dengan  relawan lain, maka kami putuskan untuk mengalihkan beras, yang semula akan  disalurkan ke Solo, untuk diberikan ke Purwodadi saja. Supaya tidak  'ngisin-isini', maka bantuan itu dtambahi lagi dengan mie instan, mie kering,  abon, kecap dan bumbu dapur. Pukul 15, pdt.  Samuel datang membawa pick up L-300. Dia sendiri yang menyopiri dari Purwodadi,  ditemani oleh satu kepala desa. Setelah dimuat ke atas mobil, ternyata bantuan  bisa memenuhi seluruh bak mobil. 
 Hari pertama di tahun 2008, kami masih mengirim  nasi bungkus untuk makan siang dan makan malam. Saya kebagian mengirimkan nasi  bungkus untuk makan malam, menggunakan mobil yang dulu pernah digunakan sebagai  klinik kesehatan perjalanan. Karena sudah jarang digunakan, maka mobil ini tidak  berjalan dengan mulus. Dalam perjalanan pulang, mobil ini dua kali mogok karena  karet streng dinamo sudah kendor. Akibatnya, aki mobil tidak terisi. Celakanya,  yang menumpang mobil itu hanya berdua saja, saya dan sopir. Maka terpaksa deh saya mendorong mobil sendirian. Namun puji Tuhan,  setelah perbaikan darurat, mobil ini sampai juga ke Klaten meski harus berjalan  super pelan.
 Hari ini (2 Jan) bantuan kemanusiaan diputuskan  untuk dihentikan dengan pertimbangan banjir sudah mulai surut. Selain itu,  kekuatan kami juga sudah mulai jauh menyurut. Para relawan sudah mulai  kelelahan. Petugas masak di dapur umum juga mulai kecapekan.  Sekali lagi,  saya teringat prinsip relawan kemanusian "Melayani harus sampai sakit." Beberapa  relawan tidak setuju dengan prinsip ini. Kalau bisa, ya jangan sampai sakit  karena akan merepotkan.
 Tiga hari ini, kami harus esktra waspada, karena  menurut ramalan BMG curah hujan akan mencapai puncaknya. Semoga saja ramalan BMG  meleset (seperti yang sudah-sudah).

Komentar