Dititipkan Di Jakarta
Meskipun ditinggal mamanya untuk Sidang Sinode selama 3 hari, tetapi Kirana (2 thn 5 bulan) tidak begitu rewel. Dia hanya tiga kali mengajukan protes pada saya,"Mama kok nggak pulang-pulang sih? Mama kok kerja terus!"
Karena sidangnya diselenggarakan di Cisarua, Bogor, maka Kirana [dan papanya] dititipkan pada eyang putri di Halim, Jakarta Timur. Hari pertama, Kirana memang agak rewel. Dasar orang udik, begitu datang, dia langsung mengajak melihat ayam dan kambing. Setelah dicari kesana-sini, akhirnya ada juga kambing di lapangan sepak bola.
Malamnya, Kirana tidak mau tidur sambil berbaring karena belum terbiasa di tempat tidur yang baru. Dia minta digendong papanya, kemudian tidur di pundak. Jika dicoba untuk dibaringkan, maka dia akan bangun dan menangis.
Pukul 1 dini hari, akhirnya dia berhasil dibaringkan di tempat tidur. Namun karena udara yang sangat gerah dan nyamuk yang berjumlah satu batalyon, pukul 3 pagi Kirana terbangung sambil menangis. Cukup lama saya harus menggendong supaya dia bisa tertidur kembali.
Udara di Jakarta bulan ini memang sedang panas-panasnya. Orang Jakarta saja mengeluh kepanasan, apalagi kami yang berasal dari Klaten. Baju kami basah oleh keringat. Berkali-kali saya membuka lemari es untuk minum air dingin. Dalam hal ini, saya salut pada orang-orang Jakarta yang sedang berpuasa. Dalam cuaca yang sangat panas begini, mereka masih bisa menahan lapar dan haus.
Menjelang sore, Kirana bermain di ruang depan sambil bermain masak-masakan. Lantai yang dingin dam angin sepoi-sepoi dari arah pintu dan jendela rupanya menimbulkan hawa kantuk. Lama-lama dia pun tertidur di lantai. Ini lain dari biasanya, karena Kirana itu ogah jika disuruh tidur siang. Mungkin karena udara yang panas dan kecapekan selama perjalanan, Kirana akhirnya tidur siang juga. Cukup lama dia tertidur di lantai itu. Sekitar 3 jam lebih. Eyangnya tidak berani memindah karena jika tubuhnya diangkat dia pasti bangun dan mungkin akan ngambek.
Karena sidangnya diselenggarakan di Cisarua, Bogor, maka Kirana [dan papanya] dititipkan pada eyang putri di Halim, Jakarta Timur. Hari pertama, Kirana memang agak rewel. Dasar orang udik, begitu datang, dia langsung mengajak melihat ayam dan kambing. Setelah dicari kesana-sini, akhirnya ada juga kambing di lapangan sepak bola.
Malamnya, Kirana tidak mau tidur sambil berbaring karena belum terbiasa di tempat tidur yang baru. Dia minta digendong papanya, kemudian tidur di pundak. Jika dicoba untuk dibaringkan, maka dia akan bangun dan menangis.
Pukul 1 dini hari, akhirnya dia berhasil dibaringkan di tempat tidur. Namun karena udara yang sangat gerah dan nyamuk yang berjumlah satu batalyon, pukul 3 pagi Kirana terbangung sambil menangis. Cukup lama saya harus menggendong supaya dia bisa tertidur kembali.
Udara di Jakarta bulan ini memang sedang panas-panasnya. Orang Jakarta saja mengeluh kepanasan, apalagi kami yang berasal dari Klaten. Baju kami basah oleh keringat. Berkali-kali saya membuka lemari es untuk minum air dingin. Dalam hal ini, saya salut pada orang-orang Jakarta yang sedang berpuasa. Dalam cuaca yang sangat panas begini, mereka masih bisa menahan lapar dan haus.
Menjelang sore, Kirana bermain di ruang depan sambil bermain masak-masakan. Lantai yang dingin dam angin sepoi-sepoi dari arah pintu dan jendela rupanya menimbulkan hawa kantuk. Lama-lama dia pun tertidur di lantai. Ini lain dari biasanya, karena Kirana itu ogah jika disuruh tidur siang. Mungkin karena udara yang panas dan kecapekan selama perjalanan, Kirana akhirnya tidur siang juga. Cukup lama dia tertidur di lantai itu. Sekitar 3 jam lebih. Eyangnya tidak berani memindah karena jika tubuhnya diangkat dia pasti bangun dan mungkin akan ngambek.
Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]
]
Komentar