Pertemuan Komunitas Penjunan

Kesempatan kunjungan ke Jakarta saya manfaatkan untuk bertemu dengan rekan-rekan di Komunitas Penjunan (Penulis dan jurnalis Nasrani), Selasa (16/9). Pertemuan ini adalah hasil inisiatif Darsum Sansulung. Dia mendapatkan pinjaman ruang pertemuan di Gedung Kana, Gondangdia Lama. Bahkan ada juga konsumsi gratis dari gereja yang dipimpin oleh rev. Daniel Ong.
Meski paling jauh, tapi saya justru yang paling awal datang (selain Darsum sebagai tuan rumah). Tak berapa lama, mas Bayu Probo dan Mita, menyusul datang. Keduanya berasal dari Jogja, tapi sudah bekerja di Jakarta. Sambil menunggu teman yang belum datang, kami disodori nasi bungkus (dibungkus sterofoam) oleh bung Darsum.
Sekitar pukul setengah delapan malam, pertemuan pun dimulai. Ini adalah pertemua Komunitas Penjunan yang kedua. Pertemuan yang pertama diselanggarakan dua tahun yang lalu di Apartemen Semanggi, atas usaha Ita Siregar. Sebagian peserta pertemuan yang pertama, datang kembali ke pertemuan kedua ini. Diantaranya adalah: Darsum, Ita Siregar, Okta Wiguna dan saya sendiri. Namun ada juga peserta yang baru hadir pertama kalinya. Untuk itu, acara pertama adalah perkenalan antar peserta.
Meski sudah lama menjalin interaksi lewat milis Komunitas Penjunan, ternyata masih banyak hal-hal baru yang belum diketahui di antara anggota milis ini. Misalnya, dengan mengenali tulisan-tulisan di milis, saya menduga Ayub Bansole adalah sosok yang temperamental dan emosional, ternyata setelah bertemu langsung ternyata bertolak belakang dengan kenyataannya. Pria dari Nusatenggara ini ternyata berperilaku halus dan santun dalam bertutur.
Pertemuan ini diikuti oleh 16 orang, masing-masing adalah: Purnawan, Binsar, Bayu Probo, Mita, Rebecca, Hidrasto, Haris, Ken Ken, Rini, Ayub Bansole, Jojo Rajarjo, Okta Wiguna, Ita Siregar dan Darsum Sansulung. Dalam pertemuan ini dibahas kemungkinan untuk menyelenggarakan kegiatan bersama. Bentuknya adalah pelatihan penulisan tingkat dasar dan tingkat lanjut. Untuk pelatihan tingkat dasar angkatan I, sudah diselenggarakan oleh Darsum, Okta dan Ita Siregar. Saat ini mereka sedang mempersiapkan untuk pelatihan gelombang II. Sementara itu, untuk pelatihan tingkat lanjut masih sedang digodog. Namun ada usulan agar mengadopsi platform Sekolah Penulisan Gloria, yang diselenggarakan oleh Komunitas Penjunan di Jogja dengan penerbit Gloria.
Sekitar pukul 10 malam, pertemua diakhiri dengan bertukar no HP dan kartu nama. Ada beberapa orang yang masih tinggal untuk mengobrol. Okta mengusulkan untuk melanjutkan obrolan di tempat lain yang lebih santai. Darsum mengusulkan mencari tempat di wilayah Jakarta Timur saja, karena sebagain besar kami akan pulang ke sana. Tapi bagi Okta dan Mita itu kejauhan, karena dia tinggal di Jakarta Selatan. Karena tidak ada kata sepakat, maka pertemuan santai diundur hari Kamis di Sarinah Plaza. Kampi pun membubarkan diri. Bung Darsum mendapat pinjaman mobil gereja untuk mengantar saya sampai di Cililitan. Dari sana, saya lalu naik ojek ke rumah mertua.
Sampai di rumah, tugas sudah menanti, yaitu menemani Kirana begadang. Dia baru berangkat tidur jam 12 malam.

Komentar

Postingan Populer