Lelaku Jalan Salib
Akibat dari reformasi gereja yang dilakukan oleh Martin Luther, John Calvin dan kawan-kawan, gereja protestan cenderung ‘lebih miskin’ dalam hal laku spritualitas, seperti yang dimiliki oleh gereja katolik. Ketika akan merayakan hari-hari besar gerejawi, pegiat gereja protestan kadang menemui kesulitan dalam merancang kegiatan. Sebagai contoh, pada saat menggelar ibadah Rabu Abu sebagai penanda masa pra paskah, gereja kami kesulitan merancang liturgi ibadah karena belum pernah memiliki tradisi ibadah ini.
Kegagapan serupa juga ditemui ketika Panitia Paskah akan merencang prosesi Jalan Salib pada ibadah Jum’at Agung tahun depan. Atas dasar itu, maka gereja kami memutuskan untuk belajar dari gereja Katolik yang telah lama memiliki tradisi ini. Kami memilih untuk berkunjung dan berziarah ke gereja katolik di Pohsarang.
Fajar hari Sabtu, tanggal 29 Nopember, belum menyingsing, namun kami sudah berkumpul di gereja. Setelah berdoa meminta pertolongan Tuhan, tiga mobil yang mengangkut 15 orang ke arah Solo. Jalan masih sepi. Sesekali kami menyalib truk-truk besar yang berjalan lambat. Sesampai di Pakis, mobil yang dikemudikan pak Bambang Murnanto berbelok kanan menuju arah Baki. Mereka akan lebih dulu mengantar Ny. Budi Nugroho Sulaiman ke Solo Baru. Sementara itu mobil yang saya tumpangi dan mobil yang dikemudikan pak Wim Seimahuira memilih lurus ke arah Kartasura dengan perhitungan jarak yang lebih dekat. Kami bersepakat untuk bertemu lagi di wilayah Perhutani Mantingan, untuk beristrahat sambil sarapan pagi. Namun perhitungan kami meleset. Ketika sampai di wilayah Palur, jalanan sudah sangat ramai oleh anak sekolah dan buruh pabrik. Akibatnya mobil hanya bisa merayap lambat. Rombongan pak Bambang Murnanto justru sampai lebih dulu di titik pertemuan.
Usai sarapan pagi, tanpa membuang waktu, kami melanjutkan perjalanan melewati Ngawi, Nganjuk, Madiun,
Kios itu juga menjual kaset, CD dan VCD rohani. Ketika saya amati sekilas, semua CD dan VCD yang dijual di
Di ujung deretan kios, kami disambut oleh pintu gerbang yang terbuat dari batu kali. Bagian atas melengkung dan tergantung tulisan “Gua Maria Lourdess”. Begitu masuk, langsung terlihat atap bangunan yang mencolok. Bangunannya mirip pendopo dalam arsitektur Jawa, tetapi setelah diamati lebih dekat ternyata ada perbedaan dan keunikan. Berbeda dengan pendopo yang memiliki empat tiang (soko guru) di tengah, tiang pada bangunan ini justru ada keempat pojok bangunan. Atapnya ditutup menggunakan genting. Uniknya tidak diletakkan di atas kayu usuk, tetapi disusun di atas jaring-jaring kawat baja yang ditarik dan ditembatkan pada keempat tiang besi besar di setiap pojok. Dengan kata lain, bangunan ini mirip sekali dengan tenda di Timur Tengah. Rupanya perancang bangunan ini mendapat inspirasi dari kemah Tabernakel umat
Setelah beristirahat sejenal di gedung serbaguna ini, kami berjalan ke area gua Maria. Pada sisi kiri terdapat tebing batu buatan yang sangat tinggi. Pada bagian paling kanan di tebing tersebut, terpasang patung bunda Maria yang snagat besar. Beberapa orang terlihat sedang berdoa dengan khusyuk.
Tidak lama kami ada di sini, karena tujuan kami adalah ke lokasi Jalan Salib Bukit Golgota, yang ada di paling ujung. Lokasi ini diawali dengan gapura serupa di pintu masuk gua Maria. Begitu masuk lokasi, kami segera menyiapkan diri dalam keheningan. Gemerisik daun bambu yang tertiup angin dan bunyi batang-batang bambu yang bergesekan mewarnai keheningan. Kami memulai prosesi pada perhentian pertama: Yesus Dihukum Mati. Pada setiap perhentian, terdapat sebuah adegan yang menggambarkan peristiwa tersebut. Adegan-adegan yang digambarkan di tempat ini terbilang istimewa. Pada tempat-tempat peziarah yang lain, prosesi jalan salib biasanya digambarkan dalam wujud dua dimensi atau relief, namun di sini, penggambarannya dalam rupa tiga dimensi. Figur-figur dibuat dalam bentuk patung dengan ukuran yang sebenarnya.
Perhentian I: Yesus Dihukum Mati;
Perhentian II:Yesus Memanggul Salib-Nya;
Perhentian III: Yesus Jatuh untuk Pertama kalinya di Bawah Salib;
Perhentian IV: Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya;
Perhentian V: Yesus Ditolong Simon dari Kirene;
Perhentian VI: Veronika Mengusap Wajah Yesus;
Perhentian VII: Yesus Jatuh untuk Kedua kalinya di Bawah Salib;
Perhentian VIII: Wanita-wanita Yerusalem Meratapi Yesus;
Perhentian IX: Yesus Jatuh untuk Ketiga kalinya di Bawah Salib;
Perhentian X: Pakaian Yesus Ditanggalkan;
Perhentian XI: Yesus Dipaku di Kayu Salib;
Perhentian XII: Yesus wafat di Kayu Salib;
Perhentian XIII: Yesus Diturunkan dari Salib;
Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan;
Komentar