Kura-kura yang Mengajak Anakku Suka Buku
Tulisan saya ini terinspirasi dari tulisan Clara Anita yang berjudul "Tikus Kecil yang Mengajari Anakku Membaca".
Ada satu kata yang pantang diucapkan kepada Kirana (2,5 tahun), anak kami, yaitu: “Tidur.” Setiap kali disuruh tidur, dia pasti akan melawan. Meski jarum jam sudah melewati angka 10 malam, namun dia masih ingin bermain-main. Maka kami pun memakai siasat supaya mau naik ke tempat tidur yaitu dengan membacakan buku kesukaannya, “Franklin.” Serial buku karya Paulette Bourgeois dan Brenda Clark ini diterbitkan oleh penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Edisi yang sedang digemari Kirana adalah “Franklin naik Sepeda”. Buku ini menceritakan perjuangan Franklin, si kura-kura, untuk bisa mengendarai sepeda tanpa bantuan roda penolong. Semua teman-temannya sudah bisa naik sepeda tanpa roda penolong, hanya Franklin sendiri yang belum bisa. Akibatnya dia terkucil karena malu bermain-main dengan teman-temannya. Sudah berkali-kali dia mencoba, tapi selalu jatuh sehingga Franklin hampir merasa putus asa.
Franklin menemukan keberaniannya kembali justru ketika melihat Beaver, si beruang, temannya, kesulitan bergelantungan di papan ayun di taman. Padahal soal naik sepeda, Beaver adalah jagonya. Di taman itu, Franklin juga bertemu dengan Porcupine, si landak, yang sedang belajar menggunakan sepatu roda. Dia menggunakan pelindung lutut, siku dan helm di kepala.
“Itu dia!” Tiba-tiba dia punya ide. Franklin meniru Porcupine menggunakan pelindung tubuh sehingga dia bisa mengendarai sepeda.
***
Cerita buku ini cukup sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak Balita. Buku ini juga kaya dengan ilustrasi full color sehingga menarik minat anak. Namun sayangnya, ada beberapa edisi yang agak sulit dipahami anak Indonesia karena mengambil setting di dunia barat. Sebagai contoh edisi Helowin dan Peri Gigi, kurang kontekstual dengan kondisi budaya Indonesia. Meski begitu, masih ada sisi baiknya juga. Anak-anak akan lebih banyak mengenal budaya dari negeri lain.
Manfaat dari membacakan buku ini adalah pertambahan kosa kata pada anak-anak. Selama dua bulan terakhir, kami hanya membacakan edisi “Franklin Naik Sepeda”. Itu saja tidak setiap malam dibacakan. Yang mengherankan, Kirana banyak mengingat kata-kata dalam buku tersebut. Sebagai contoh, ketika kami membacakan kalimat: “Franklin sudah bisa berhitung . . . “ Dia segera menimpali, “. . . dan mengikat tali sepatunya sendiri.” Dia memang tidak mengingat semua kalimat dalam buku tersebut, tapi dia banyak mengingat kata-kata, terutama pada bagian yang seru.
Nama-nama tokoh dalam buku ini sengaja dibiarkan dalam bahasa aslinya, bahasa Inggris, tetapi diberi keterangan sesudahnya. Dengan demikian, anak-anak diajarkan mengenal nama-nama hewan dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh: Fox, si rubah; Bear si beruang; Moose, si rusa; Snail, si siput; Rabbit, si Kelinci; dan Hawk, si elang.
Tips Membacakan Buku untuk Anak
Berikut ini tips untuk membacakan buku bagi anak, berdasarkan pengalaman kami. Semoga ada manfaatnya:
1. Bacalah buku dengan antusias
Bacakan buku dengan konsentrasi penuh dan sungguh-sungguh. Bacalah dengan nada dan irama yang bervariasi. Antusiasme Anda dapat menular kepada anak. Anak dapat merasakan ketika Anda membaca dengan ogah-ogahan. Suatu hari, karena capek, istri saya membacakan dengan asal-asalan. Kirana langsung protes, “Kok membacanya kayak gitu sih.”
2. Singkirkan gangguan di sekeliling
Matikan televisi dan potensi gangguan lain. Ajak seluruh anggota keluarga untuk mendukung, dengan ikut mendengarkan cerita.
3. Bacalah dengan dinamis
Jangan segan-segan untuk memberi efek tertentu untuk menarik minat anak. Misalnya, ketika Fox, si rubah, memukul bola tinggi-tinggi, maka pembaca lalu menirukan bola yang sedang melambung tinggi dengan tangannya, sambil berbunyi: ”Wiiiii……..”
4. Jangan memaksa
Jika anak menolak untuk mendengarkan, jangan memaksa dia. Membaca buku harusnya menjadi peristiwa yang menyenangkan. Dengan memaksa, justru membuat dia akan trauma dan membenci buku.
5. Tetap membaca meski anak kelihatan cuek
Tips ini secara sepintas bertentangan dengan tips ke-4. Namun ada bedanya. Di sini, sang anak tidak menolak. Dia tetap mendengarkan tapi dilakukan sambil melakukan aktivitas lain. Sebagai contoh, Kirana mendengarkan sambil melompat-lompat di tempat tidur. Namun sesungguhnya telinganya tetap menyimak cerita tersebut. Hal ini kami ketahui karena dia dapat menceritakan kembali jalan cerita yang baru saja dibacakan.
6. Membacakan nama penulis dan ilustratornya
Biasakanlah anak menghormati karya pengarang dan ilustrator buku. Caranya dengan membaca judul buku dan nama pengarang/ilustrator.
Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]
]
Komentar