Kepercayaan

Pada zaman ini, “kepercayaan” (trust) terasa begitu murah. Kita bisa melihat contohnya dalam tayangan infotainment di media massa.  Ada beberapa artis lain yang “digosipin” hal tertentu. Mereka membantahnya, tapi kemudian terbukti bahwa kabar itu bukan isapan jempol.  Yang menarik, artis-artis tersebut tidak terlihat malu atau menyesal meskipun kebohongan mereka terbongkar.

Dalam dunia hiburan, popularitas memang menjadi dambaan di kalangan selebritas. Dengan liputan media, mereka berharap dapat bertahan di dalam persaingan panggung hiburan yang sangat ketat ini.  Tapi apakah hal itu boleh dicapai dengan mengabaikan norma-norma sosial?

Di dalam kehidupan sosial, orang yang berbohong berarti telah mencederai kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Orang lain menjadi ragu, tidak percaya, bahkan skeptis terhadap ucapannya.  Dibutuhkan waktu yang lama dan banyak pembuktian sebelum dia mendapat kembali kepercayaan dari masyarakat.

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”-- Matius 5:37

Kepercayaan adalah “mata uang” yang laku di mana pun kita berada.  Dalam dunia usaha, relasi bisnis hanya mau menjalin kerjasama dengan orang yang dapat dipercaya. Kita bersedia naik bis kota karena percaya pada sang sopir. Kita mau dipimpin oleh seseorang karena percaya kepadanya.

Kepercayaan adalah barang yang mahal karena dapat mempengaruhi keadaan orang lain. Ia sangat susah didapatkan kembali, jika kita telah mengkhianati kepercayaan itu. Tapi, kepercayaan sesungguhnya mudah dipelihara asalkan kita selalu berkata dan berbuat dengan jujur. [Purnawan]

 

SMS from God:

Sekali dicederai, kepercayaan sulit didapatkan kembali

Komentar

Postingan Populer