Penyangkalan Diri

Seorang pemuda mendatangi rahib tua di sebuah biara. Dia membanggakan perbuatannya dalam penyangkalan diri.

"Guru, saya selalu mengenakan baju putih-putih, seperti pakaian orang-orang pada zaman dahulu," kata pemuda itu,"Saya memelihara janggut panjang. Saya tidak pernah minum yang memabukkan, hanya air putih. Saya selalu makan sayur dan tidak pernah makan daging. Setiap hari saya selalu tidur di lantai tanpa alas. Untuk memadamkan hawa nafsu, saya menerima cambukan di punggung sebanyak empat puluh kali."

Ketika pemuda itu berbicara, sang rahib menatap keluar melalui jendela. Dia melihat kambing putih yang sedang minum air di kolam. Sesudah itu berbaring di atas rumput.

"Lihatlah hewan itu!" kata sang Rahib tenang,"hewan itu tampak putih-putih, hanya minum air putih, tidak pernah makan daging, punya janggut panjang dan tidur tanpa alas. Setiap hari dia juga menerima cambukan dari tuannya karena bandel. Berarti kamu sama dengan hewan itu, dong!"
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)

Penyangkalan diri itu berbeda dengan menyiksa diri. Memang, mengendalikan keinginan daging merupakan salah satu dimensi dalam penyangkalan diri. Meski demikian, tubuh kita tidak untuk dirusak. Tubuh itu untuk dirawat dan digunakan untuk kemuliaan Tuhan.

Penyangkalan diri adalah sikap radikal untuk menaati kehendak Allah. Kita menempatkan Allah sebagai pusat segala-galanya. Kita membuang harapan, cita-cita dan tujuan pribadi untuk digantikan oleh kehendak Allah. Di situlah kita mendapatkan kehidupan [purnawan].

SMS from God: Penyangkalan diri adalah membuang ego pribadi dan menggantikannya dengan Kristus.

Komentar

Postingan Populer