GULA: MANIS RASANYA, PAHIT DAMPAKNYA
[caption id="attachment_5" align="alignnone" width="1280"]
Gula disukai banyak orang karena rasa manisnya. Tetapi akibat pahitnya bisa muncul, yaitu berupa ketidak‑seimbangan diet dan kekurangan gizi. Sebab, satu‑satunya kelebihan gula hanyalah sebagai penyedia energi.
Karena itu, bila kita menelan gula secara berlebihan, akan cepat merasa kenyang dan merasa enggan menyantap makanan lainnya yang dibutuhkan tubuh. Padahal gula tidak mengandung zat gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Pada dasarnya gula adalah sejenis karbohidrat yang paling sederhana. Sedangkan sudah kita ketahui bahwa tubuh memerlukan karbohidrat dalam senyawa yang kompleks. Senyawa ini memberikan berbagai zat yang diperlukan tubuh untuk bermetabolisme. Sebagai senyawa karbohidrat yang sederhana, gula hanya menyumbangkan energi berupa kalori bagi tubuh. Lainnya itu tidak ada.
Gula pasir yang kita kenal selama ini, hanyalah satu dari berbagai jenis gula. Zat gula juga dapat kita jumpai dalam buah-buahan, sayur‑sayuran dan madu dalam bentuk glukosa. Pada buah dan sayur tertentu terdapat juga gula jenis lain yang dinamai fruktosa.
Sedangkan gula yang biasa kita tambahkan pada gelas minuman adalah sukrosa. Gula sukrosa ini terdiri dari glukosa dan fruktosa yang bercampur secara alami. Kemudian, masih ada lagi jenis gula yang lain, yaitu gula coklat (brown sugar). Gula ini sebenarnya cuma gula pasir biasa, hanya saja telah ditambahi dengan sedikit molases yang berwana coklat. Molase terbuat dari sari tebu yang mengandung zat besi, kalsium dan kalium. Sayangnya, karena gula coklat ini tidak semanis rasa gula pasir, orang cenderung memakaianya dalam jumlah banyak.
Madu yang dianggap orang sebagai pengganti gula, sebenarnya adalah gula juga. Sebab kandungan terbesar madu adalah fruktosa dan glukosa. Selain rasa manisnya, madu juga menyediakan kalsium, fosfor, vitamin B dan enzim. Inilah kelebihan madu dibandingkan dengan gula.
Jantung dan Diabetes
Apakah gula menyebabkan penyakit gangguan jantung? Gula tidak menyebabkan penyakit gangguan jantung, namun demikian si penderita tetap harus hati‑hati dalam mengkonsumsi makanan yang manis‑manis. Mengapa demikian? Sebab biasanya dalam makanan olahan yang manis‑manis mengandung banyak sekali lemak. Dalam berat yang sama lemak mempunyai kalori dua kali lebih besar dibandingkan gula. Kelebihan kalori ini bila tidak dibakar dalam aktivitas tubuh akan tertimbun menjadi lemak. Ia akan kegemukan. Dan kegemukan inilah biang keladinya penyakit gangguan jantung.
Demikian pula penyakit diabetes. Walaupun sering disebut juga penyakit gula, penyebabnya bukan karena gula ini. Penyakit ini timbul manakala tubuh mengalami gangguan hormon insulin. Hormon ini mempunyai tugas untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Padahal gula dapat masuk ke peredaran darah dengan cepat. Itulah sebab-musababnya mengapa penderita diabetes harus mengurangi gula.
Merusak Gigi
Para orangtua biasanya cemas melihat anak kesayangannya gemar mengulum permen. Kecemasan mereka ini beralasan, sebab gula memang dapat merusak gigi. Hal ini dapat terjadi karena bakteri dalam mulut memakan sisa‑sisa gula yang masih menempel pada gigi. Sebagai sampah buangannya, bakteri ini menghasilkan asam yang dapat merusak email atau lapisan gigi. Karena lapisan pelindung gigi sudah runtuh, maka bakteri mudah sekali melobangi gigi.
Lalu bagaimana cara menghindarinya? Kurangi kontak antara gula dan gigi. Semakin lama gula dan gigi bersentuham, semakin berbahaya pula bagi kesehatan gigi. Namun bila anak susah mengurangi jatah permennya, suruhlah anak makan permen dalam jumlah banyak sekaligus. Ini lebih baik daripada ngemil sepanjang waktu. Setelah itu, hilangkan sisa-sisa gigi yang masih tertinggal di sela-sela gigi dengan menggosok gigi.
Pemanis Buatan
Ada lagi zat yang rasanya manis, tetapi bukan gula. Namanya sakarin dan siklamat. Kedua bahan ini bila ditambahkan sedikit saja pada minuman, dapat menimbulkan rasa manis. Jauh lebih manis daripada gula biasa. Siklamat 40 kali lebih manis daripada gula biasa. Bahkan kemanisan sakarin bisa sampai 400 kalinya. Itulah sebabnya pedagang minuman senang memakai pemanis buatan ini karena lebih ekonomis.
Menurut hasil penelitian Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Semarang yang dilakukan tahun 1995, ada 60 persen jajanan masah (gorengan, minuman ringan, bubur, kolang-kalinh dll) yang dijual pada anak-anak SD mengandung sakarin.
Padahal zat pemanis ini diduga kuat bersifat karsinogenik, yaitu memicu pertumbuhan sel kanker. Selain itu, sama seperti gula pasir, sakarin tidak punya nilai gizinya sama sekali. Rasa manisnya yang berlebihan akan membuat anak kenyang. Anak menjadi enggan makan makanan lain yang lebih bergizi. Akhirnya anak anak kekurangan gizi.
Komentar