Jurnal Gempa hari ke-3

Jurnal tanggal 29 Mei 2006
Situasi Masih Kacah Balau
Sampai hari ketiga, 29 Mei 2006, suasana masih kacau balau. Sirene ambulans masih seringmeraung-raung membawa korban luka-luka maupun meninggal. Terjadi kelangkaan minyak tanah. Bantuandari pemerintah dan tidak merata. Hal ini menyebabkan banyak korban gempa yang terpaksa memintasumbangan dari kendaraan yang lewat dan menghentikan mobil yang membawa bantuan. Gempa susulan masihsering terjadi. Hari ini terasa dua kali gempa susulan, yaitu sekitar pukul 4 pagi dan 3 sore.Sejak hari pertama, GKI Klaten membuka Posko Bantuan Bencana Alam. Berbagai bantuan dari luar kotamulai berdatangan. Hari Sabtu malam, pdt. Lany Maryani dari GKI Coyudan mengirimkan 100 kardus mieinstan. Malamnya, pdt. Agustinus Kermite dari GKI Sangkrah menawarkan tenaga relawan. PDS dari Solomengirimkan lampu penerangan dan tenda. Bantuan perseorangan juga mulai berdatangan.
Pada hari Senin, pdt. Surya Giamsyah datang beserta dengan 5 orang relawan. Jemaat di kota Klatenjuga mulai memberikan sumbangan menurut kemampuan masing-masing. Anda yang memberikan roti, sayursegar, bandeng, telur, beras dan uang. Beberapa ibu menawarkan diri untuk membantu di dapur umum didaerah bencana. Pada hari ini kami memutuskan untuk membersihkan puing-puing gedung gereja bakaljemaat Pesu. Untuk itu, kami membawa sekitar 20 tenaga (buruh dan relawan) ke sana. Kamimerencanakan untuk mendirikan tenda besar, yang akan difungsikan sebagai Posko Kesehatan. Sedangkanpada hari Minggu dapat digunakan sebagai tempat ibadah darurat.Sekitar pukul 10, dua pick up dan dua mobil pribadi yang membawa bantuan meluncur ke arah Pesu. Disepanjang jalan, mulai dari kecamatan Wedi kami menyaksikan puing-puing bangunan yang belumdibersihkan. Gudang tembakau milik PTPN hancur total. Banyak penduduk yang menyetop kendaraanuntuk minta sumbangan. Tiba-tiba mobil pick up yang saya tumpangi dicegat lima pemuda. Merekabermaksud meminta bantuan yang kami bawa. Kami beritahukan bahwa sumbangan ini sudah dijanjikanuntuk diberikan pada penduduk di Pesu. Dengan raut muka kekecewaan, mereka akhirnya memberi jalan.Ternyata pengalaman serupa juga dialami oleh mobil yang ditumpangi oleh koh Yoyok. Inilah yang kamikhawatirkan sekarang ini, yaitu Penjarahan.
Sesampai di lokasi, bahan pangan mentah segera didistribusikan ke dua dapur umum. Masing-masing didusun Sarap dan Pesu. Setelah itu kami berkonsentrasi membersihkan puing-puing gereja. Diharapkan,besok sudah dapat memulai pelayanan kesehatan. Meskipun kami tidak memasang tulisan "Posko", namunada beberapa orang yang mendatangi kami untuk meminta bantuan. Ternyata mereka belum tersentuh olehbantuan sama sekali. Mereka kebanyakan bermukim di desa pelosok, di kaki gunung seribu. Karenabantuan tidak juga datang, maka terpaksa mereka turun gunung untuk mencari bantuan.
Ada dua pemuda dari dusun Lengkong yang mendatangi kami dengam muka putus asa. Mereka menunjukkansurat pengantar dari kepala dusun, sambil bercerita bahwa hingga saat ini belum mendapat bantuansama sekali. Jembatan menuju desa Lengkong putus sehingga tidak dapat dilewati oleh kendaraan rodaempat. Dengan kondisi yang masih terbatas, kami memberikan lima tenda, 50 kg beras, mie instan,susu dan satu keranjang telur rebus. Mereka mengangkut dengan dua sepeda motor.
Sesat kemudian, lurah desa dari Kaligayam datang. Dia bercerita bahwa desanya juga belum mendapatbantuan sama sekali. Tak berapa lama didapat informasi bahwa dusun Tegalbrangkal juga belumtersentuh oleh bantuan. Karena tidak dapat dilewati mobil, koh Yoyok lalu mengantarkan bantuanmenggunakan vespa buatan tahun 1962.
Pdt. Surya Giamsyah dari GKI Sangkrah pun ikut turun tangan membersihkan puing-puingHingga hari ketiga, masih banyak penduduk di dusun pelosok Klaten yang belum tersentuh bantuan.Meski bantuan sudah mengalir, namun jumlahnya belum memadai, mengingat wilayah bencana yang sangatluas. Peran pemerintah belum memuaskan. Saya hanya sedikit sekali melihat posko bantuan yangdidirikan oleh pemerintah daerah. Yang bergerak cepat adalah militer. Pada Sabtu sore, sayamelihat Grup 2, Kopassus Kartasura sudah mendirikan tenda operasional di desa Birin.
Yang cukup mengharukan adalah solidaritas dari warga di tempat lain. Saya melihat mulai ada banyakbantuan yang disalurkan oleh masyarakat dari tempat lain. Ada banyak mobil dengan tulisan "BantuanBencana Alam dari......." Meskipun hal ini tidak salah, tapi untuk kondisi sekarang, pemasangantulisan secara mencolok ini sungguh tidak tepat. Mengapa begitu? Karena penduduk yang ada di daerahpintu masuk daerah bencana dapat melihat tulisan itu, kemudian memaksa untuk menurunkan bantuantersebut. Padahal sebenarnya penduduk yang berada di wilayah yang lebih dengan kota sudah mendapatbantuan. Dengan kejadian ini, maka penduduk yang berada di wilayah yang lebih "dalam" (baca:pelosok), tidak mendapat bantuan sama sekali. Karena itu, sebaiknya bantuan tersebut dibawa secaratidak mencolok. kalau perlu ditutup dengan terpal.
Untuk saat ini, bantuan yang diperlukan adalah:* Tenda* Sembako* Alat penerangan (genset, lampu minyak, senter)* Obat-obatan
Demikian jurnal bencana di Pesu Klaten pada hari ketiga.
Jika ingin melihat foto-foto akibat gempa dan kegiatan Posko Bencana Alam GKI Klaten, silakanmengakses situs berikutini
http://www.geocities.com/purnawankristanto/gempa_klaten.htm
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%http://www.Geocities.com/purnawankristantohttp://purnawan-kristanto.blogspot.com%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Baca Tulisan lainnya di blog Purnawan Kristanto [http://purnawan-kristanto.blogspot.com
]

Komentar

Postingan Populer